I. MASALAH UTAMA
PERUBAHAN
PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
II. PROSES
TERJADINYA MASALAH
A. Pengertian
Halusinasi sebagai “hallucinations
are defined as false sensory impressions or experiences” yaitu
halusinasi sebagai bayangan palsu atau pengalaman indera.(Sundeen's, 2004).
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya
rangsang apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan
sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun
histerik (Maramis, 2005).
Kemudian Sunaryo (2004) menjelaskan
bahwa halusinasi merupakan bentuk kesalahan pengamatan tanpa pengamatan
objektivitas penginderaan dan tidak disertai stimulus fisik yang adekuat.
Menurut
Maramis, (1995) terdapat beberapa jenis halusinasi di antaranya:
a)
Halusinasi penglihatan (
visual, optik ) : tak berbentuk ( sinar, kalipan atau pola cahaya ) atau
berbentuk ( orang, binatang atau barang lain yang dikenalnya), berwarna
atau tidak
b)
Halusinasi pendengaran
(auditif, akustik) : suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah
dan musik
c)
Halusinasi pencium
(olfaktorik) : mencium sesuatu bau
d)
Halusinasi pengecap
(gustatorik) : merasa/mengecap sesuatu
e)
Halusinasi peraba (taktil)
: merasa diraba, disentuh, ditiup,disinari atau seperti ada ulat bergerak
dibawah kulitnya
f)
Halusinasi kinestetik :
merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya bergerak
(umpamanya anggota badan bayangan atau “phantom limb”).
g)
Halusinasi viseral :
perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya
h)
Halusinasi hipnagogik :
terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat sebelum tertidur persepsi
sensorik bekerja salah
i)
Halusinasi hipnopompik :
seperti h), tetapi terjadi tepat sebelum terbangun sama sekali dari tidurnya.
Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian yang normal.
j)
Halusinasi histerik :
timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.
B.
Tanda dan gejala
Geja dan tanda
seseorang yang mengalami halusinasi adalah :
a. Tahap 1 (comforting)
Tertawa
tidak sesuai dengan situasi
Menggerakkan
bibir tanpa bicara
Bicara
lambat
Diam dan
pikiranya dipenuhi pikiran yang menyenangkan
b. Tahap 2 (condemning)
Cemas
Konsentrasi
menurun
Ketidakmampuan membedakan realita
c. Tahap 3
Pasien
cenderung mengikuti halusinasi
Kesulitan
berhubungan dgn orla
Perhatian
dan konsentrasi menurut
Afek labil
Kecemasan
berat ( berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
d. Tahap 4 (controlling)
Pasien
mengikuti halusinasi
Pasien
tidak mampu mengendalikan diri
Tidak
mampu mengikuti perintah nyata
Beresiko
menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
C. Penyebab
Penyebab
perubahan sensori persepsi halusinasi adalah isolasi social. Isolasi social
adalah opercobaan untuk mengindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain.
Tanda-gejala
isolasi social:
a.
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
b.
Menghindar dari orang lain
c.
Komunikasi kurang / tidak ada
d.
Tidak ada kontak mata
e.
Tidak melakukan aktivitas sehari-hari
f.
Berdiam diri di kamar
g.
Mobilitas kurang
h.
Posisi janin saat tidur
D. Akibat
Akibat dari
perubahan sensoori persepsi halusinasi adalah resiko mencederai diri
sendiri,orang lain dan lingkungan. Adalah suatu suatu perilaku maladaptive
dalam memanifestasikan perasaan marah yang dialami oleh sesorang. Perilaku
tersebut dapat berupa menciderai diri sendiri, melalukan penganiayaan terhadap
orang lain dan merusak lingkungan.
Marah sendiri
merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai suatu ancaman ( stuart
dan Sundeen,1995). Perasaan marah sendiri merupakan suatu hal yang wajar
sepanjang perilaku yang dimanifestasikan berada pada rentang adaptif.
Tanda dan gejala:
Data obyektif:
a.
Mata merah
b.
Pandangan tajam
c.
Otot tegang
d.
Nada suara tinggi
e.
Suka berdebat
f.
Sering memaksakan kehendak
g.
Merampas makanan, memukul jika tidak senang
Data subyektif
a.
Mengeluh merasa terancam
b.
Mengungkapkan perasaan tak berguna
c.
Mengungkapkan perasaan jengkel
d.
Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, sesak dan
bingung
III. A. POHON MASALAH
|
|
|
|
|
Risiko tinggi perilaku kekerasan
|
|
|
Sindrom deficit perawatan diri : Mandi
/ kebersiahn / dll
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Risiko tinggi perilaku kekerasan
|
|
|
|
|
Kerusakan
interaksi sosial ; menarik diri
|
|
Gambar
2.2 Pohon Masalah Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi (Keliat, 2005)
B. Masalah
Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan
a. Risiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan
b. Perubahan sensori perseptual :
halusinasi
c. Isolasi sosial : menarik
diri
2. Data yang perlu dikaji
a. Risiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada
seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau
marah.
Riwayat
perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
Mata
merah, wajah agak merah.
Nada
suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri
sendiri/orang lain.
Ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam.
Merusak
dan melempar barang‑barang.
b. Perubahan
sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif :
Klien
mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata
Klien
mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
Klien merasa makan sesuatu
Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat
dan didengar
Klien
ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif :
Klien berbicara dan tertawa sendiri
Klien
bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
Klien
berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
Disorientasi
c. Isolasi
sosial : menarik diri
Data Subyektif :
Klien mengatakan saya
tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih
suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin
mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi
verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak
berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan
IV. Diagnosa
Keperawatan
1.
Perubahan sensori persepsi : halusinasi
V. Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana tindakan untuk
klien : perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum :
klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien
dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan interaksi
seanjutnya
Dengan tindakan menyesuaikan dengan
strategi pelaksanaan terhadap klien halusinasi
Tindakan
:
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik
verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan
diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien
dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
g. Berikan
perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2.
Klien
dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
2.1
Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.2
Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa
tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara
2.3 Bantu klien mengenal
halusinasinya
a. Tanyakan apakah ada suara
yang didengar
b. Apa yang dikatakan halusinasinya
c. Katakan perawat percaya
klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri tidak mendengarnya.
d. Katakan bahwa
klien lain juga ada yang seperti itu
e. Katakan
bahwa perawat akan membantu klien
2.4 Diskusikan dengan
klien :
a. Situasi yang
menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan
frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
2.5 Diskusikan dengan
klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih, senang)
beri kesempatan klien mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat
mengontrol halusinasinya
Tindakan :
3.1
Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2
Diskusikan
manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
3.3
Diskusikan
cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
a.
Katakan “ saya tidak mau dengar”
b. Menemui orang
lain
c. Membuat jadwal
kegiatan sehari-hari
d.
Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara sendiri
3.4
Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara
bertahap
3.5
Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
3.6
Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.7
Anjurkan
klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4.
Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :
4.1
Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
4.2
Diskusikan
dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
a. Gejala halusinasi yang
dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien
dan keuarga untuk memutus halusinasi
c. Cara merawat anggota
keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan, jangan biarkan sendiri,
makan bersama, bepergian bersama
d. Beri informasi waktu follow up
atau kenapa perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko
mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat
dengan baik
Tindakan :
5.1 Diskusikan dengan
klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat minum obat
5.2
Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
5.3
Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum obat
yang dirasakan
5.4 Diskusikan akibat
berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.
Rencana tindakan untuk
keluarga : perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum :
keluarga mampu merawat pasien dengan halusinasi
Tujuan khusus :
1. Keluarga mampu menjelaskan tentang
pengertian halusinasi
2. Keluarga mampu menjelaskan tengtang
cara perawatan klien dengan halusinasi
3. Keluarga mmpu membuatkan jadwal
harian untuk klien
Rencana
tindakan disesuaikan dengan strategi pelaksanaan pada keluarga klien:
SP1
:
1. Mendiskusikan masalah yang diraskan
keluarga dalam merawat klien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala halusinasi dan jenis halusinasi yang dialami klien beserta proses
terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat klien
halusinasi
SP2
:
1. Melatih keluarga mempraktikan cara
merawat klien dengan halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada pasien halusinasi
SP3
:
1. Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up klien setelah
pulang
(Sundeen,1995)
DAFTAR PUSTAKA
1.Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC,
1995
2.Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3.Keliat BA. Asuhan Klien
Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK UI. 1999
4.Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
5.Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo, 2003
6.Tim Direktorat Keswa, Standar
Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000
Belum ada tanggapan untuk "LAPORAN PENDAHULUAN (LP) HALUSINASI"
Post a Comment