HEMODIALISA
I.
Pendahuluan
Untuk mengetahui secara tepat posisi kita saat ini, mari
kita melihat kembali apa yang sudah terjadi sebelumnya. Pengertian paling awal
mengenai hemodialisis didasarkan pada penemuan Graham, seorang ahli kimia
bangsa Scotlandia pada abad ke 19 tentang hukum yang mengatur perpindahan /
pergerakan suatu zat terlarut dalam suatu larutan.
Peristiwa difusi zat terlarut dari suatu larutan
berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi lebih rendah merupakan dasar
dari subtitusi fungsi ginjal pada masa sekarang.
Graham juga mempelajari apa yang terjadi bila suatu
membran yang sangat tipis ditempatkan di antara 2 larutan yang berbeda
konsentrasinya, ternyata membran tersebut memungkinkan partikel-partikel yang
sangat kecil dari larutan yang berkonsentrasi tinggi untu melewatinya.
Sedangkan partikel-partikel yang lebih besar ukuranya tidak dapat melewatinya.
Membran semipermeable ini merupakan bagian yang terpenting dari dializer.
Aftificial kidney (ginjal buatan) pertama kali digunakan
untuk mengerjakan HD pada hewan percobaan, dibuat pertama kali oleh Abel dkk
dari Universitas Baltimore AS. Pada tahun 1913, mereka membuat tabung dari
bahan kolodion, yang kemudian diujicobakan untuk mendialisis binatang percobaan
tersebut.
Persoalan yang mereka hadapi adalah bagaimana mencegah darah anjing percobaan
tersebut tidak membeku selama proses dialisis. Untuk itu mereka mencoba
menggunakan ekstrak lintah yang disiapkan dalam keadaan segar tiap
mengoperasikan mesin. Ternyata anjing percobaan tersebut mati karena
hipersensitivitas terhadap hirudin yang terdapat pada lintah tersebut.
Penggunaan dialisis pada manusia pertama kali
diperkenalkan oleh Nicholas & Lim pada tahun 1926 waktu Perang Dunia II di
Belanda. Tahun 1942 – 1943 William Kolf membuat mesin dialisis yang berupa drum
berputar-putar (rotating drum) dalam air dialysat untuk pengobatan GGA. Ukuran
mesin dan ginjal buatan yang dibuat cukup besar tidak seperti sekarang. Kolf
kemudian mengembangkan dialyzer kecil yang sekali pakai pada tahun 1956, dan
dipakai di indonesia sampai tahun 1985.
Keuntungan penggunaan HD untuk menangani pasien GG baru disadari sekitar tahun
1960. Penggunaan temporary dialysa untu menangani pasien GGA sudah banyak
dilakukan di senter-senter dialisis di dunia.
Persoalan yang dihadapi adalah bagaimana cara mengalirkan
darah keluar dari tubuh pasien, dialirkan ke mesin, kemudian dimasukkan lagi ke
tubuh pasien secara berulang-ulang. Pada waktu itu canula pembuluh darah yang
ada hanya bertahan sebentar, dan akan rusak karena proses dialisis. Sehingga HD
pada waktu itu hanya bisa dilakukan dalam waktu beberapa hari, bahkan beberapa
minggu. Pada waktu tahun 1959 Scribner, Guinton dkk mengenalkan canula baru
terbuat dari silicon yang dapat bertahan beberapa bulan bahkan tahun. Baru pada
tahun 1965 dikembangkan fistula arteriovenous internal internal oleh Brescvia
dan Cimino.
Dializer yang dapat dipakai secara terus menerus sudah
dibuat dalam waktu 2 sampai 3 tahun dan seorang pasien sudah berhasil
menggunakan secara teratur.
Shaldon adalah orang pertama yang melaksanakan home dialisis, ginjal Hollow
Fiber dibuat dan diujicobakan pada tahun 1967 , dan tahun 1974 sudah muncul
dializer dengan luas permukaan yang besar.
Perkembangan dializer sangat pesat dengan pemakaian
sellulosa. Yang dimodifikasi, membran sintetik yang mempunyai klirens dan
filtrasi besar. Pada tahun 1989 hormon erytroprotein rekombinan mulai dipakai,
sehingga saat ini dimulai era kualitas hidup optimal bagi pasien gagal ginjal.
II.
Prinsip Hemodialisis
Dialisis berkesinambungan merupakan terapi pengganti
(replacement treatment) pada pasien CRF stadium terminal. Dialysis digunakan
untuk mengeluarkan cairan dan produk-produk sampah dari dalam tubuh saat ginjal
tidak dapat melakukanya lagi. Prinsip hemodialisis adalah menempatkan darah
berdampingan dengan cairan dialisat yang dipisahkan oleh suatu membrane
(selaput tipis) yang disebut membrane semi permeable. Membrane hanya dapat
dilalui oleh air dan zat tertentu (zat sampah) dengan BM kecil sampai sedang.
Ada 3 prinsip dasar dalam HD yang bekerja pada saat yang
sama yaitu:
1.
Proses Difusi
Merupakan
proses berpindahnya suatu zat terlarut yang disebabkan karena adanya perbedaan
konsentrasi zat-zat terlarut dalam darah dan dialisat. Perpindahan molekul
terjadi dari zat yang berkonsentrasi tinggi ke yang berkonsentrasi lebih
rendah. Pada HD pergerakan molekul / zat ini melalui suatu membrane semi
permeable yang membatasi kompartemen darah dan kompartemen dialisat.
Proses difusi
dipengaruhi oleh:
·
Perbedaan
konsentrasi
·
Berat molekul (makin
kecil BM suatu zat, makin cepat zat itu keluar)
·
QB (Blood Pump)
·
Luas permukaan
membrane
·
Temperatur cairan
·
Proses konvektik
·
Tahanan / resistensi
membrane
·
Besar dan banyaknya
pori pada membrane
·
Ketebalan /
permeabilitas dari membrane
Factor-faktor
di atas menentukan klirens dialiser. Klirens suatu dializer adalah kemampuan
dializer untuk mengeluarkan zat-zat yaitu jumlah atau banyaknya darah yang
dapat dibersihkan dari suatu zat secara komplit oleh suatu dializer yang
dinyatakan dalam ml/mnt.
2.
Proses Ultrafiltrasi
Berpindahnya
zat pelarut (air) melalui membrane semi permeable akibat perbedaan tekanan
hidrostatik pada kompartemen darah dan kompartemen dialisat.
Tekanan
hidrostatik / ultrafiltrasi adalah yang memaksa air keluar dari kompartemen
darah ke kompartemen dialisat. Besar tekanan ini ditentukan oleh tekanan
positif dalam kompartemen darah (positive pressure) dan tekanan negative dalam
kompartemen dialisat (negative pressure) yang disebut TMP (trans membrane
pressure) dalam mmHg.
3.
Proses Osmosis
Berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang
terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmotic (osmolalitas) darah dan
dialisat.
Proses osmosis ini lebih banyak ditemukan pada peritoneal dialysis.
Komponen
Utama pada Hemodialisis HD terdiri dari 3 komponen dasar yaitu:
a. Sirkulasi darah
b.
Sirkulasi dialisat
c.
Dializer
Sirkulasi
Darah
Bagian
yang termasuk dalam sirkulasi darah adalah mulai dari jarum / kanula arteri
(inlet), arteri blood line (ABL), kompartemen darah pada dializer, venus blood
line (VBL), sampai jarum / kanula vena (outlet).
Sirkulasi Dialisat
Dialisat
adalah cairan yang digunakan untuk prosedur HD. Berada dalam kompartemen
dialisat berseberangan dengan kompartemen darah yang dipisahkan oleh selaput
semi permeable dalam dializer.
LAPORAN
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Dialisis merupakan suatu proses yang
digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika
ginjal tidak mampu melaksanakan fungsi tersebut.
Pada dialisis, molekul solut berdifusi
lewat membran semipermeabel dengan cara mengalir dari sisi cairan yang lebih
pekat (konsentrasi solut lebih tinggi) ke cairan yang lebih encer (konsentrasi
solut lebih rendah). Cairan mengalir lewat membran semipermeabel dengan cara
osmosis atau ultrafiltrasi (aplikasi tekakan eksternal pada membran).
Membran semipermeabel adalah lembar
tipis, berpori-pori terbuat dari selulosa atau bahan sintetik. Ukuran pori-pori
membran memungkinkan difusi zat dengan berat molekul rendah seperti urea,
kreatinin, dan asam urat berdifusi. Molekul air juga sangat kecil dan bergerak
bebas melalui membran, tetapi kebanyakan protein plasma, bakteri, dan sel-sel
darah terlalu besar untuk melewati pori-pori membran. Perbedaan konsentrasi zat
pada dua kompartemen disebut gradien konsentrasi.
Hemodialisa merupakan suatu proses
yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi
dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien
dengan penyakit ginjal stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang
atau terapi permanen.
Sehelai membran sintetik yang
semipermeabel menggantikan glomerolus serta tubulus renal dan bekerja sebagai
filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya.
Sistem ginjal buatan:
1. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin, dan
asam urat.
2. Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan banding
antara darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dalam
arus darah dan tekanan negatif (penghisap) dalam kompartemen dialisat (proses
ultrafiltrasi).
3. Mempertahankan dan mengembalikan system buffer tubuh.
4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
Tujuan hemodialisa adalah
untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan
air yang berlebih. Pada hemodilisa, aliran darah yang penuh dengan toksin dan
limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiter tempat darah tersebut
dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien.
B.
Peralatan
1. Dialiser atau Ginjal Buatan
Komponen ini terdiri dari membran dialiser yang memisahkan
kompartemen darah dan dialisat. Dialiser bervariasi dalam ukuran, struktur
fisik dan tipe membran yang digunakan untuk membentuk kompartemen darah. Semua
factor ini menentukan potensi efisiensi dialiser, yang mengacu pada
kemampuannya untuk membuang air (ultrafiltrasi) dan produk-produk sisa
(klirens).
2. Dialisat atau Cairan dialysis
Dialisat atau “bath” adalah cairan yang terdiri
atas air dan elektrolit utama dari serum normal. Dialisat ini dibuat dalam system
bersih dengan air keran dan bahan kimia disaring. Bukan merupakan system yang
steril, karena bakteri terlalu besar untuk melewati membran dan potensial
terjadinya infeksi pada pasien minimal. Karena bakteri dari produk sampingan
dapat menyebabkan reaksi pirogenik, khususnya pada membran permeable yang
besar, air untuk dialisat harus aman secara bakteriologis. Konsentrat dialisat
biasanya disediakan oleh pabrik komersial. Bath standar umumnya digunakan pada
unit kronis, namun dapat dibuat variasinya untuk memenuhi kebutuhan pasien
tertentu.
3. Sistem Pemberian Dialisat
Unit pemberian tunggal memberikan dialisat untuk satu pasien:
system pemberian multiple dapat memasok sedikitnya untuk 20 unit pasien. Pada
kedua system, suatu alat pembagian proporsi otomatis dan alat pengukur serta
pemantau menjamin dengan tepat kontrol rasio konsentrat-air.
4. Asesori Peralatan
Piranti keras yang digunakan pada kebanyakan system dialysis
meliputi pompa darah, pompa infus untuk pemberian heparin, alat monitor untuk
pendeteksi suhu tubuh bila terjadi ketidakamanan, konsentrasi dialisat,
perubahan tekanan, udaara, dan kebocoran darah.
5.
Komponen manusia
6.
Pengkajian dan
penatalaksanaan
C.
Prosedur
Setelah pengkajian pradialisis,
mengembangkan tujuan dan memeriksa keamanan peralatan, perawat sudah siap untuk
memulai hemodialisis. Akses ke system sirkulasi dicapai melalui salah satu dari
beberapa pilihan: fistula atau tandur arteriovenosa (AV) atau kateter
hemodialisis dua lumen. Dua jarum berlubang besar (diameter 15 atau 16)
dibutuhkan untuk mengkanulasi fistula atau tandur AV. Kateter dua lumen yang
dipasang baik pada vena subklavikula, jugularis interna, atau femoralis, harus
dibuka dalam kondisi aseptic sesuai dengan kebijakan institusi.
Jika akses vaskuler telah
ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh pompa darah. Bagian dari sirkuit
disposibel sebelum dialiser diperuntukkan sebagai aliran “arterial”, keduanya
untuk membedakan darah yang masuk ke dalamnya sebagai darah yang belum mencapai
dialiser dan dalam acuan untuk meletakkan jarum: jarum “arterial” diletakkan
paling dekat dengan anastomosis AV pada vistula atau tandur untuk memaksimalkan
aliran darah. Kantong cairan normal salin yang di klep selalu disambungkan ke
sirkuit tepat sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi, darah yang
mengalir dari pasien dapat diklem sementara cairan normal salin yang diklem
dibuka dan memungkinkan dengan cepat menginfus untuk memperbaiki tekanan
darah. Tranfusi darah dan plasma ekspander juga dapat disambungkan ke
sirkuit pada keadaan ini dan dibiarkan untuk menetes, dibantu dengan
pompa darah. Infus heparin dapat diletakkan baik sebelum atau sesudah pompa
darah, tergantung peralatan yang digunakan.
Dialiser adalah komponen penting
selanjutnya dari sirkuit. Darah mengalir ke dalam kompartemen darah dari
dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan dan zat sisa. Darah yang
meninggalkan dialiser melewati detector udara dan foam yang mengklem dan
menghentikan pompa darah bila terdeteksi adanya udara. Pada kondisi seperti
ini, setiap obat-obat yang akan diberikan pada dialysis diberikan melalui port
obat-obatan. Penting untuk diingat, bagaimanapun bahwa kebanyakan obat-obatan
ditunda pemberiannya sampai dialysis selesai kecuali memang diperintahkan.
Darah yang telah melewati
dialysis kembali ke pasien melalui “venosa” atau selang postdialiser. Setelah
waktu tindakan yang diresepkan, dialysis diakhiri dengan mengklem darah dari
pasien, membuka selang aliran normal salin, dan membilas sirkuit untuk mengembalikan
darah pasien. Selang dan dialiser dibuang kedalam perangkat akut, meskipun
program dialisis kronik sering membeli peralatan untuk membersihkan dan
menggunakan ulang dialiser.
Tindakan kewaspadaan umum harus
diikuti dengan teliti sepanjang tindakan dialysis karena pemajanan terhadap
darah. Masker pelindung wajah dan sarung tangan wajib untuk digunakan oleh
perawat yang melakukan hemodialisis.
D.
Komplikasi
1. Ketidakseimbangan cairan
a.
Hipervolemia
b.
Ultrafiltrasi
c.
Rangkaian Ultrafiltrasi
(Diafiltrasi)
d.
Hipovolemia
e.
Hipotensi
f.
Hipertensi
g.
Sindrom disequilibrium
dialysis
2. Ketidakseimbangan Elektrolit
a.
Natrium serum
b.
Kalium
c.
Bikarbonat
d.
Kalsium
e.
Fosfor
f.
Magnesium
3. Infeksi
4. Perdarahan dan Heparinisasi
5. Troubleshooting
a.
Masalah-masalah peralatan
b.
Aliran dialisat
c.
Konsentrat Dialisat
d.
Suhu
e.
Aliran Darah
f.
Kebocoran Darah
g.
Emboli Udara
6. Akses ke sirkulasi
a.
Fistula Arteriovenosa
b.
Ototandur
c.
Tandur Sintetik
d.
Kateter Vena Sentral
Berlumen Ganda
E.
Fokus Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian Pre HD
·
Riwayat penyakit, tahap penyakit
·
Usia
·
Keseimbangan cairan, elektrolit
·
Nilai laboratorium: Hb, ureum, creatinin, PH
·
Keluhan subyektif: sesak nafas, pusing, palpitasi
·
Respon terhadap dialysis sebelumnya.
·
Status emosional
·
Pemeriksaan fisik: BB, suara nafas, edema, TTV, JVP
·
Sirkuit pembuluh darah.
Pengkajian Post HD
·
Tekanan darah: hipotensi
·
Keluhan: pusing, palpitasi
·
Komplikasi HD: kejang, mual, muntah, dsb
F.
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada
klien yang menjalani hemodialisa
Pre HD
1. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurang familier dengan sumber informasi.
2. Cemas b.d krisis
situasional
Intra HD
1. Kelebihan volume
cairan berhubungan dengan kelemahan proses pengaturan
2. Ketidakberdayaan
berhubungan dengan perasaan kurang kontrol, ketergantungan pada dialysis, sifat
kronis penyakit
3. Resiko infeksi
berhubungan dengan prosedur invasive
Post HD
1. Resiko cedera
berhubungan dengan akses vaskuler dan komplikasi sekunder terhadap penusukan
2. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan perawatan dirumah
Daftar
pustaka
Brunner & Suddarth,
2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli, Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito,
L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih
bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C.,
1993, Rencana
Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan
Pasien, Edisi-3, Alih
bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
Eko Haryati,S.Kep 2010, PRINSIP DAN KONSEP HEMODIALISA hemodialisa.wordpress.com
Belum ada tanggapan untuk "KONSEP DASAR HEMODIALISA"
Post a Comment